Indoposnewsid_Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggandeng PT. Polymindo Permata (Viro) dan PT. Kailo Sumber Kasih (KSK), berkerjasama dalam melakukan riset daur ulang limbah plastik dengan teknologi nuklir.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dan Nota Kesepahaman secara dest to desk pada Mei 2024 lalu.
Kepala Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka dan Biodosimetri (PRTRRB) BRIN sekaligus National Project Coordinator RAS 1024 IAEA, Tita Puspitasari menyatakan kerja sama ini meliputi implementasi project NUTEC Plastic.
Kerja sama itu merupakan inisiatif dari International Atomic Energy Agency (IAEA), untuk proses me-recyling sampah plastik dengan menggunakan teknologi radiasi. Kegiatan yang dilakukan adalah proses upcycling, artinya produk yang dihasilkan harus memiliki added value.
“Kita sedang mengembangkan compatibilizer yang dibuat menggunakan teknologi radiasi oksidasi dan akan digunakan pada produk WPC. Proses upscale dilakukan di PT Viro, setelah kita selesai melewati TRL3 sebagai prove of concept,” ucap Tita dalam siaran pers.
Tita mejelaskan bahwa WPC dan plastik daur ulang memiliki banyak keunggulan dan ramah lingkungan.
“Potensi WPC ini sangat besar, karena memiliki banyak keunggulan seperti substitusi kayu yang semakin sedikit sekarang, tahan air dan tahan rayap. Keunggulan lainnya jika menggunakan material recycle maka produknya sangat Green Environmental,” jelasnya.
Ia pun berharap kerja sama antara BRIN dengan pihak industri dapat berjalan dengan lancar, dan teknologi nuklir dapat menjadi solusi dalam penanggulangan limbah plastik.
“Harapan saya kerjasama ini akan berlangsung lancar dan sukses sampai dengan terwujudnya transfer teknologi ke industri, dan dapat berkontribusi dalam penyelesaian sampah plastik yang sekarang menjadi problem global,” tutur Tita.
Selaij itu Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir periode 2022 – 2024, Rohadi Awaludin mengatakan teknologi nuklir dapat mengatasi limbah plastik dengan mendaur ulang dalam bentuk WPC (Wood Plastic Composite). WPC ini dibuat melalui pencampuran plastik dengan kayu.
Rohadi mengungkapkan IAEA memiliki konsen yang sangat besar terhadap permasalahan limbah plastik di dunia, salah satunya melalui flagship atau program utama IAEA yang bernama NUTEC Plastic.
“WPC mengadopsi teknologi nuklir, NUTEC Plastics menggunakan teknologi nuklir untuk mengatasi permasalahan plastik, sehingga program ini bukan hanya antara ORTN dengan pihak stakeholder namun juga didukung oleh IAEA,” terangnya.
PT. Polymindo Permata (Viro) dan PT KSK merupakan perusahaan yang berminat untuk mengadopsi teknologi nuklir dalam proses daur ulang plastik.
“Kami gembira karena ada pihak industri yang tertarik yaitu Viro dan KSK untuk menerapkan teknologi nuklir di industri mereka,”ujar Rohadi.
Ia meyakini jika teknologi nuklir ini berhasil menjadi bagian dari proses di Industri WPC, maka Indonesia akan menjadi negara terdepan dalam pengolahan WPC menggunakan teknologi nuklir.
”Nantinya, ini akan menjadi semacam pilot project, menjadikan Indonesia negara terdepan dalam teknologi WPC dan plastik daur ulang iradiasi. Sehingga nanti kita akan menjadi percontohan bagi negara-negara lain,” pungkasnya.
Sebagai informasi, penandatangan PKS ini dilakukan oleh Kepala ORTN BRIN Rohadi Awaludin dengan Direktur PT Polymindo Permata, Jong Oe Miauw tentang Proses Upscaling Pembuatan Wood Plastic Composite (WPC) dan Fiber Sintesis Biomassa Menggunakan Kompatibiliser Berbasis Reactive Modification rPE.
Kemudian Nota Kesepahaman tentang Riset Pemanfaatan Limbah Ethylene Vinyl Acetate dengan Teknologi Radiasi untuk Produksi Plastik Daur Ulang ditandatangani oleh Kepala ORTN BRIN Rohadi Awaludin dengan Direktur PT Kailo Sumber Kasih, Sam Young Jung.