Indoposnewsid_Komisi E DPRD DKI Jakarta merekomendasikan agar Dinas Kesehatan mendistribusikan alat pendeteksi kanker mulut rahim (serviks) ke seluruh fasilitas kesehatan (Faskes) di Jakarta.
Anggota Komisi E Abdul Azis Muslim berharap, ketersediaan alat pendeteksi itu mendukung Faskes memeriksa pasien dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Test.
Alat itu juga dibutuhkan sebagai salah satu langkah preventif dalam untuk mencegah atau pengobatan sedini mungkin.
“Dari awal masyarakat sudah tahu sebelum parah, jadi harus dilengkapi alat ini mulai dari Puskesmas tingkat kelurahan hingga RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah),” ujar Azis dalam keterangan resmi, Rabu (21/8).
Menurut dia, Dinas Kesehatan harus segera mematangkan perencanaan alat kesehatan ini agar bisa terealisasi terdistribusi pada tahun 2025.
“Kajian matang perlu, sebelum menjelang rapat anggaran APBD murni 2025,” katanya.
Sebelumnya, Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Merry Hotma telah meminta Dinas Kesehatan mendukung akselerasi eliminasi kanker serviks yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Oleh karena itu, ia meminta Dinas Kesehatan menyiapkan langkah pra pendeteksian dini kanker serviks di Jakarta dengan menyiapkan anggaran di Perubahan APBD Tahun 2024.
“Usulan kami di APBD Perubahan ini ada sebuah kebijakkan dari Dinas Kesehatan untuk memfollow up atau menyambut program dari Kemenkes. Jadi, ketika sudah mulai pendeteksian dini, Jakarta sudah siap,” ujar Merry saat pembahasan Perubahan APBD Tahun 2024, Minggu (11/8) lalu.
Apalagi nantinya, Kemenkes RI akan memberikan kuota pengecekan kanker serviks sebanyak 200 ribu kepada perempuan Jakarta. Sebab, Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah populasi perempuan mencapai 49 persen.
Dari jumlah itu, 30 persen merupakan ibu-ibu kategori perempuan usia produktif yang rentan terpapar kanker serviks.
“Kita sudah sama-sama tahu bahwa Kemenkes akan melakukan pendeteksian dini kanker serviks dan DKI Jakarta mendapat kuota 200 ribu yang akan dideteksi,” katanya.
“Sebagai provinsi dengan penduduk perempuan yang besar, kita wajib mem-follow up dan mempersiapkan diri untuk menyambut program itu,” tambah Merry.
Ia khawatir, nantinya banyak ditemukan perempuan yang positif terpapar kanker serviks, dan menimbulkan kehebohan karena ramai-ramai ke rumah sakit untuk dirawat.
“Karena nanti kalau sudah terdeteksi stadium 1, stadium 2 dan itu banyak, secara psikologis itu akan panik. Mereka akan berduyun-duyun masuk RS Tipe A, B, C dan D. Itu akan sangat repot RSUD,” tandas Merry.