Indoposnewsid_Hari kedua agenda Paus Fransiskus dilakukan dengan mengunjungi Katedral Jakarta Rabu (4/9). Lalu sore harinya dilanjutkan dengan berdialog dengan pemuda dari Scholas Occurrentes di Graha Lemuda Komplek Gereja Katedral.
Dalam acara itu tampak hadir Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dan Ketua Kadin Indonesia Arsjad Rasjid. Luhut menyerahkan simbolis bibit pohon bakau kelada Paus Fransiskus.
Agar diberi berkatnya pada bibit pohon bakau sebelum didistribusikan ke lima lokasi di seluruh Indonesia, yakni Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, dan Sumatera Utara.
“Paus Fransiskus memiliki komitmennya dalam mengadvokasi aksi iklim dan keberlanjutan. Pesan harapan dan persatuan yang dibawa Paus Fransiskus sejalan dengan komitmen Indonesia dalam mendorong agenda keberlanjutan,” kata Luhut.
Rupanya Luhut Punya cerita tersendiri terkait kehadiran Paus Fransikus.
Diawali pada 2018 lalu ia ditugasi Presiden Joko Widodo untuk berkunjung ke Vatikan. Untuk menyerahkan langsung surat yang ditulis oleh Presiden kepada Paus Fransiskus. Terbukti lebih dari 3 dekade setelah kunjungan Paus Yohanes Paulus II, Paus Fransiskus melangkahkan kakinya di tanah Indonesia.
Luhut yakin bahwa kedatangan beliau akan semakin memperkuat semangat kebersamaan dalam keberagaman yang kita miliki, serta menginspirasi kita semua untuk terus hidup dalam damai dan kerukunan. Menjadi berkat dan membawa harapan baru bagi Indonesia yang damai, sejahtera, dan bersatu.
Kedatangan Paus Fransiskus ke tanah air ini tidak hanya menjadi momen penting bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia, yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan saling menghormati. Terlebih lagi kita, sangat bangga karena Paus melihat nilai-nilai teladan dalam harmoni kehidupan antar umat beragama di Indonesia.
Luhut mengungkapkan kenangannya saat mendampingi Paus Yohanes Paulus II pada 9 Oktober 1989 lampau. Kenangan itu diunggahnya melalui akun instagram Luhut.
Dituliskan, bahwa setelah selesai memimpin misa, Paus Yohanes Paulus II melambaikan tangan ke arah 130 an ribu orang yang hadir di Istora Senayan (sekarang Stadion Utama Gelora Bung Karno), pada 9 Oktober 1989. Dari barisan depan, Luhut bergerak cepat, mengawal kendaraan yang membawa beliau.
“Pangkat saya masih Kolonel kala Pak Try Sutrisno yang menjabat sebagai Panglima ABRI, menunjuk saya waktu itu menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Khusus untuk mengawal kunjungan Paus ke Indonesia,”tulisnya.
Momen yang paling saya ingat terjadi ketika kami bertolak dari Tasitolu, Timor Leste, menuju Medan. Di pesawat, saya duduk berhadap-hadapan dengan Paus. Semua pasukan pengamanan mulai kelelahan karena padatnya jadwal kunjungan waktu.
Dengan mata yang agak sedikit berat karena mengantuk juga, saya melihat Paus tetap terjaga, duduk tenang dengan rosario di tangannya, menggerakkan jemarinya dalam doa. Melihat hal itu, saya berpikir, inikah yang disebut laku Bapa Suci? Ketika tiada hal duniawi yang ia dambakan, hanya hanya keinginan tulus untuk mendoakan seluruh umatnya.