Indoposnewsid_Acara halal bihalal Ikatan Pimpinan Tinggi (PIMTi) Perempuan Indonesia digelar di Jakarta jumat (11/4/2025). Sejumlah persoalan dibahas termasuk tentang energy.
PIMTI Perempuan Indonesia merupakan wadah untuk mengakselerasi tercapainya tujuan pembangunan nasional menuju Indonesia maju.
Acara itu juga dihadiri para pejabat perempuan lintas kementerian dan lembaga.
Menurut Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) Erika Retnowati, pentingnya keterlibatan perempuan dalam mendukung program transisi energi pemerintah. Khususnya dalam pemanfaatan gas bumi melalui jaringan gas (jargas).
Menurutnya, sebagai pengelola rumah tangga, memiliki peran strategis dalam mendorong penggunaan energi yang lebih bersih dan efisien, seperti gas bumi. Yang lebih stabil dan ramah lingkungan dibandingkan LPG yang sebagian besar masih diimpor.
“Perempuan itu sebetulnya bisa jadi ujung tombak dalam mendorong transisi energi yang lebih bersih,” kata Retno dalam keterangannya.
Contohnya kata dia, konkret terkait penggunaan gas bumi melalui jaringan pipa (jargas) yang saat ini sedang didorong pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap LPG. Yaang sebagian besar masih impor
Namun, Erika mengakui masih banyak masyarakat yang kembali ke LPG setelah mencoba jargas, karena minimnya edukasi dan persepsi yang keliru.
“Padahal jargas itu mengalir 24 jam, enggak ada cerita gas habis saat lagi masak. Lebih stabil, lebih bersih, dan lebih murah,” jelasnya.
Ia mengajak perempuan, khususnya para pemimpin perempuan di pemerintahan. Untuk menjadi agen perubahan dalam mendukung pemanfaatan energi bersih, baik melalui edukasi, kampanye, maupun pengambilan keputusan strategis.
“Kalau ibu-ibu yang ngomong, itu didengar. Karena itu kami percaya peran ibu-ibu hebat di sini akan sangat menentukan arah kebijakan ke depan,” ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Rini Widyantini, menjelaskan kehadiran perempuan dalam kepemimpinan bukan untuk menggantikan laki-laki. Melainkan untuk menyatukan kekuatan bersama.
Rini menekankan bahwa kepemimpinan perempuan membawa kekuatan kolaboratif yang menggabungkan kompetensi, empati, dan semangat perubahan.
Menurutnya, kombinasi nilai-nilai tersebut sangat relevan dalam mendorong transformasi birokrasi yang adaptif dan inklusif di era demokrasi Indonesia saat ini.
“Perempuan hadir bukan untuk menggantikan laki-laki, tetapi untuk menyatukan kekuatan. Kepemimpinan perempuan adalah kekuatan kolaboratif yang menyatukan kompetensi, empati, dan orientasi perubahan,”katanya.