JeJaki Jakarta, Napak Tilas ke Situs Sejarah Kota Tua

Indoposnewsid_Untuk mengenang sejarah, Pj Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi bersama rombongan melakukan napak tilas. Kegiatan itu bertajuk JeJaki Jakarta di kawasan Kota Tua yang diselenggarakan untuk mengenang peristiwa bersejarah  pada masa lalu.

****

Rombongan tersebut juga mengawali kunjungannya mulai dari House of Tugu, di Jalan Kali Besar Barat, RW 03 Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Selasa (31/12) lalu.

Tempat itu menjadi salah satu bangunan peninggalan bersejarah yang dibangun pada Tahun 1740.

“Napak tilas terkait bagaimana sejarah kota Jakarta. Makanya kita mulai tadi, ibaratnya dari titik nol Jakarta,” kata Teguh Setyabudi dalam keterangannya.

Menurutnya, napak tilas membawa banyak kisah yang terjadi pada masa lalu. Sehingga mampu meningkatkan kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap Jakarta.

Selain itu, kegiatan yang dimulai pukul 07.00 WIB. Dinilai akan menambah pemahamam terkait Kota Jakarta dari masa ke masa.

Dalam napak tilas tersebut, Pj Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, mengenakan pakaian pangsi Betawi dan istrinya, Ika Octaviana, mengenakan busana Encim. Lalu diikuti para pejabat di lingkungan Pemprov DKI Jakarta.

Mereka menggowes seraya menikmati suasana kawasan Kota Tua dan mengunjungi sejumlah situs bersejarah Kota Jakarta.

Dari House of Tugu, Pj Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi bersama jajaran mengunjungi Jembatan Kota Intan yang terbuat dari kayu. Jembatan ini diresmikan pada 7 Juli 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.

Pj Gubernur DKI Jakarta bersama rombongan melintasi jembatan gantung yang memiliki ciri khas dapat diangkat untuk lalu lintas perahu. Sekaligus mencegah terkena banjir semenjak April 1938.

Kemudian, rombongan Pj Gubernur DKI Jakarta mendapatkan informasi dan penjelasan mengenai sejarah perdagangan internasional dan titik ditemukannya Prasasti Padrao.

Selanjutnya rombongan mengunjungi Museum Sejarah Jakarta atau yang dikenal sebagai Museum Fatahillah. Setibanya di gedung yang difungsikan sebagai Balai Kota pada zaman pemerintahan Gubernur Jan Piterszoon Coen tahun 1926, Pj Gubernur DKI Jakarta dan rombongan menambah wawasan tentang pengaruh yang telah membentuk kota termasuk budaya asli, kerajaan Hindu-Buddha, kesultanan Islam, masa kolonial, hingga masa Kota Batavia.

Dari Museum Fatahillah, rombongan menuju Museum Seni Rupa dan Keramik, dan Stasiun Beos atau Jakarta Kota.

Di dua tempat tersebut, Pj Gubernur DKI Jakarta dan rombongan mendapatkan wawasan pada bangunan yang dikenal sebagai Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad Van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia) di era Pemerintahan Hindia Belanda dan melihat ragam penemuan arkeologi pada pembangunan MRT di Museum MRT