Indoposnewsid_Anggota DPR RI Rachel Maryam menyambut baik banyaknya perempuan yang berpotensi masuk dalam kabinet pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto. Ia menilai banyaknya tokoh perempuan yang akan masuk ke kabinet merupakan representasi gender yang inklusif.
“Kehadiran tokoh-tokoh perempuan calon menteri dan wakil menteri ini menunjukkan langkah positif menuju representasi gender dalam kabinet. Artinya dukungan kebijakan untuk perempuan semakin besar. Tentunya kami di DPR menyambut hangat para calon menteri dan jajaran kabinet dari kelompok perempuan yang nantinya akan menjadi mitra kerja kami,” ujar Rachel dalam keterangannya, Jumat (18/10).
Dijelaskannya, keputusan Presiden Terpilih Prabowo Subianto untuk melibatkan lebih banyak perempuan di kabinetnya sejalan dengan peningkatan jumlah anggota perempuan pada DPR RI periode 2024-2029.
Berdasarkan laporan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), perolehan kursi perempuan di DPR periode 2024–2029 menjadi yang tertinggi dalam sejarah hasil Pemilu. Pada Pemilu 1999, anggota DPR perempuan hanya berjumlah 8,2 persen. Namun, di Pemilu 2004 naik menjadi di angka 11,5 persen.
Selanjutnya, pada Pemilu 2009, anggota perempuan DPR berjumlah 18 persen, Pemilu 2014 turun di angka 17,3 persen, Pemilu 2019 anggota DPR perempuan ada 20,5 persen, dan untuk Pemilu 2024 angkanya naik menjadi 21,9 persen atau ada 127 anggota dewan perempuan dari total 558 anggota DPR periode 2024-2029.
“Tentunya kita berharap peningkatan jumlah anggota perempuan pada periode ini bisa memaksimalkan kerja-kerja DPR, khususnya untuk menunjang kepentingan perempuan,” tambahnya.
Politisi dari Fraksi Partai Gerindra ini berharap produk legislasi, anggaran, dan pengawasan yang dilakukan DPR juga bisa lebih banyak untuk mengawal aspirasi perempuan Indonesia.
Bahkan, lanjutnya, kerja sama perempuan pada lembaga eksekutif dan legislatif dapat mendukung upaya perlindungan dan pemberdayaan terhadap perempuan. Apalagi tantangan yang dihadapi perempuan di era kemajuan zaman ini semakin besar.
Ia menyadari membuat suara perempuan didengar itu tidak mudah, apalagi masih banyak pemikiran patriarki di Indonesia. Maka semakin banyak Srikandi yang berjuang, tujuan yang didapat juga akan semakin banyak dan cepat.
“Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa suara perempuan didengar dan diperjuangkan secara efektif. Proporsi perempuan masih perlu ditingkatkan untuk mencerminkan keberagaman populasi Indonesia secara keseluruhan,” jelasnya.