MSIB Huawei untuk Kembangkan Talenta Muda Melalui Program Magang

Indoposnewsid_PT Huawei Tech Investment, unit Indonesia dari HuaweiTechnologies Co.Ltd yang berbasis di Shenzhen Tiongkok berkomitmen mengembangkan talenta muda Indonesia melalui program Magang dan Studi IndependenBersertifikat (MSIB).

Melalui program talent pool yang dimiliki, Huawei bukan hanya mendidik talenta muda Indonesia, tetapi juga membantu memastikan para talenta itu dapat bekerja dalam ekosistem bisnis Huawei di Indonesia.

“Sebenarnya kami tertarik untuk memberi kesempatan pada mahasiswa untuk program studi independen bersertifikat. Tetapi karena kami bukan lembaga kursus yang berhak menerbitkan sertifikat, maka kami hanya bisa berkontribusi melalui program magang saja,” kata RayiIswara, ICT Talent Ecosystem Development Manager PT Huawei Tech Investment.

Rayi mengatakan, jika diizinkan terlibat dalam kegiatan studi independen bersertifikat,pihaknya akan dapat memberikan kesempatan kepada lebih banyak mahasiswa. Degan model pembelajaran project-based learning yang pasti berguna bagi para mahasiswa.

Apalagi Huawei memang sudah memiliki modul-modul pembelajaran yang lengkap dan terintegrasi.Maka, kalau misalnya mahasiswa belajar tentang teknologi pertanian, dia akan belajar lengkap mulai dari AI, komunikasi data, cloud, dan teknologi serta aspek lain yang terkait.

MSIB adalah salah satu implementasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka(MBKM) yang dirancang untuk memastikan lulusan perguruan tinggi tidak hanya berkualitas secara akademik. Tapi juga memiliki keterampilan praktis sehingga mereka lebih siap terjun ke dunia kerja dan dunia karya.

Melalui kebijakan MBKM, lulusan perguruan tinggi dapat memperoleh pengalaman yang relevan sebagai bekal di masa depan.

Rayi menjelaskan bahwa Huawei sudah menjalankan program magang sejak 2018. Sebelum ada kebijakan MBKM.

Huawei juga berkepentingan untuk menyiapkan tenaga-tenaga yang mumpuni untuk kebutuhan ekosistem bisnisnya.

“Program magang di Huawei kami tempatkan dalam konteks itu. Di samping ingin berkontribusi pada pembangunan SDM nasional, kami juga menyiapkan talenta untuk memenuhi kebutuhan ekosistem bisnis Huawei,” kata Rayi.

Menurut Rayi, Huawei menetapkan syarat yang ketat bagi para calon peserta magang. Di samping syarat administratif yang sudah ditetapkan oleh MSIB,

Huawei masih melakukan seleksi, seperti layaknya seleksi calon pegawai.

“Setiap peserta harus melewati empat kali wawancara, mulai dari HRD sampai dengan user,” kata Rayi.

Syarat yang ditetapkan memang ketat, karena Huawei memang berpikir untuk merekrut pegawai, dengan standar industri internasional. Itu sebabnya Huawei tidak bisa menerima banyak pemagang di setiap angkatan.

Huawei dan ekosistemnya membutuhkan rata-rata sekitar 100 tenaga baru. Untuk itu perusahaan membutuhkan banyak pemagang.

“Tetapi, betapapun kami ingin menerima banyak, dalam kenyataannyakami hanya bisa mendapat dan menerima 10 hingga 20 orang, atau pernah yang paling banyak 39 orang,”jelasnya.

Setelah diterima, seorang pemagang akan ditempatkan di berbagai unit kerja Huawei yang tersebar di seluruh Indonesia.

Di Huawei para pemagang tidak diperlakukan sebagai mahasiswa magang. Tapi sebagai pegawai yang benar-benar terlibat dalam project riil yang sedang dijalankan.

Mereka juga digaji dengan gaji UMR. Dan jikaharus bekerja di tempat yang jauh dari tempat tinggal, Huawei juga menanggung proses mobilisasinya.

Huawei Tech Indonesia memiliki kantor di berbagai kota penting di Indonesia.

Sesuai dengan yang dijanjikan, mereka yang selesai magang selalu diberi tawaran untuk bekerja dalam ekosistem Huawei.Tetapi dengan berbagai alasan tidak semua peserta magang menerima tawaran yang diberikan.

Di Huawei para pemagang ditempatkan di berbagai bentuk pekerjaan yang normal ada dalam dunia bisnis.

“Kami yakin sekali, ada perubahan besar dari sebelum dan sesudah magang. Sesudah magang, mereka akan mendapatkan banyak kompetensi baru sehingga mereka siap untuk memasuki dunia kerja,” kata Rayi.

Terkait dengan hambatan, banyak mahasiswa yang harus menghadapi masalah konversi dan rekognisi SKS. Ada sejumlah perguruan tinggi yang tidak bisa mengkonversi seluruh jam kerja ke dalam 20 SKS sebagaimana yang ditetapkan oleh kementerian.

Alasannya, ada capaian pembelajaran semester yang ditetapkan kampus yang tidak didapatkan di lapangan. Untuk itu Huawei berusaha membantu dengan memberikan kelas-kelas tambahan di luar kerja yang dijalani oleh pemagang.