Tragedi Bintaro 19 Oktober 1987

Indoposnewsid_Peristiwa mematikan, tabrakan kereta api 19 Otober 1987 dikenal sebagai Tragedi Bintaro I. Peristiwa itu merupakan musibah terburuk dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia. Bahkan menyita perhatian publik dunia disaat itu.

Kecelakaan tragis yang melibatkan dua buah kereta api terjadi di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan. Tragedi Bintaro itu menewaskan 153 orang dan 300 orang lainnya luka-luka.

Berdasarkan keterangan resmi dari Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), lokasi kecelakaan berada pada km 17+252 lintas Angke–Tanahabang–Rangkasbitung–Merak.

Lokasi tersebut berada pada tikungan S yang pada masa itu masih didominasi perkebunan dan semak belukar yang luas, sebelum adanya Jalan Tol Jakarta–Serpong di barat yang dibangun antara tahun 1999–2005.Lokasi ini juga terletak sekitar 1,5 km di sebelah barat daya TPU Tanah Kusir.

Dilansir dari youtube narasi news room, digambarkan jelas sosok Slamet Suradio yang menjadi masinis kereta api saat tragedi itu terjadi. Setelah keluar dari penjara, ia menghabiskan masa tuanya di kampung halaman di Purwerejo, Jawa Tengah.

“Saya melihat lokomotif dari arah Kebayoran. Saya kan kaget. Penumpang yang di depan lokomotif pada teriak. Saya lihat jendela kereta sudah hancur pintu meleyot. Ini sudah darah semua saya lihat. Saya diemin saja. Karena saya sudah tidak berdaya,”kata Slamet mengenang tragedi itu.

Ingatan Slamet Suradio masih sangat kuat saat bercerita kepada Narasi soal kecelakaan dua kereta pada 19 Oktober 1987, yang kita kenal dengan sebutan Tragedi Bintaro. Kala itu, Slamet sebagai masinis KA 225, selamat dari tragedi dan setelahnya melewati hari-hari yang kelam selama 36 tahun terakhir.

Slamet divonis bersalah, dipenjara dengan durasi paling lama, mendapat ancaman pembunuhan, dikucilkan, dipecat sebagai masinis, dan tak dapat uang pensiun. Kepada Narasi, Slamet berharap pemerintah bisa memberikan hak pensiun dan dipulihkan nama baiknya.

Terkait peristiwa itu juga pernah diangkat ke layar lebar di tahun 1989. Film besutan Bruce Malawau. Kisah filmnya menceritakan tentang salah satu korban yang selamat, seorang anak bernama Juned.

Selain itu, musisi Iwan Fals juga menciptakan lagu untuk mengenang Tragedi Bintaro. Ia menciptakan lagu berjudul 1910. Berikut penggalan lirik lagu 1910.

Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi?
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata
Air mata

Belum usai peluit, belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata
Air mata

Berdarahkah tuan yang duduk di belakang meja?
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa

Tragedi Bintaro II

Selain itu peristiwa berdarah kecelakaan kereta api kembali terjadi di jalur  Bintaro pada Senin pukul 11.20 WIB (9/12/2013) lalu.

Kereta baru berjalan berjarak sekitar 2,5 kilometer dari Stasiun Pondok Ranji. Tiba-tiba kereta yang sedang dipenuhi penumpang menabrak truk tangki Pertamina di perlintasan palang pintu Pondok Betung atau perlintasan nomor 57A, Bintaro.

Truk tangki Pertamina itu membawa BBM premium 24.000 kilo liter yang mogok di tengah rel.

Sekitar pukul 11.15 WIB mobil tangki yang datang dari arah Tanah Kusir menuju Ceger bertabrakan dengan KRL di pintu perlintasan nomor 57A Km. 16+974 Pondok Betung Jakarta Selatan.

Tabrakan menyebabkan terjadinya ledakan dan kebakaran yang menghanguskan gerbong paling depan.

Akibatnya sebanyak tujuh orang dilaporkan meninggal dalam insiden tersebut, termasuk masinis Darman Prasetyo (25), asisten masinis Agus Suroto (24), dan teknisi Sofyan Hadi (20) dan puluhan lainnya luka-luka.